Kali Srowo Kering; Perahu Banyak Parkir

Masih teringat jelas dibenakku, kenangan indah sekitar tahun 1990-an. Sebagai anak desa, saat liburan sekolah aku sering ikut kakek dan nenek pergi ke tambak. Ya, hanya sekedar untuk mengisi waktu liburan. Berangkat sekitar pukul 06.00 WIB dan pulang kembali pagi-pagi buta (ba’da shalat shubuh) pada keesokan harinya, dengan membawa sesuatu yang bisa diperdagangkan, udang kali, mujaer, kepiting, kacang panjang, terong, singkong, dll. Kenangan yang begitu indah buatku.

Berangkat dari Dermaga I Desa Srowo kami naik perahu dayung sambil menikmati hijaunya rumput dan pepohonan. Ditemani kicau merdu burung-burung yang masih terdengar alami, perjalanan kami pun terasa semakin mengasikkan. Segarnya air Kali Srowo membuat aku dan sepupu-sepupuku tak sabar untuk segera byur-byur-an (menyelam di tambak dengan sesekali terjun bebas layaknya di kolam renang).

Perjalanan yang dapat ditempuh dengan waktu setengah jam jika melalui jalur darat dengan menggunakan sepeda motor, akan memakan waktu lebih lama jika ditempuh dengan menggunakan perahu dayung. Namun begitu, perjalanan tidak akan terasa melelahkan jika semua itu dibayar dengan suasana yang teramat asik.

Dermaga I Desa Srowo adalah dermaga yang mempunyai banyak fungsi, diantaranya untuk menepikan perahu-perahu, bongkar-muat hasil tambak, serta sebagai jalur utama perjalanan laut para petambak yang berasal dari Sedayu. Berada + 100 meter dari tugu selamat datang Desa Srowo atau 1 km arah utara alun-alun Sedayu, dermaga ini saat itu adalah dermaga yang sangat sibuk dengan segala aktivitas para petambaknya. Berada tepat di depan Balai Desa Srowo dan menjadi pos keamanan desa serta pusat informasi petani tambak.

Di dermaga ini juga terdapat sebuah pendapa yang berfungsi sebagai ruang untuk bercengkerama sesama petambak. Dilengkapi dengan 1 unit televisi, siang dan malam hari di Pangkalan Srowo terlihat selalu ramai. Pendapa Dermaga inilah yang akhirnya sering disebut warga Sedayu sebagai Pangkalan Srowo.

Kali Srowo adalah anak sungai dari Bengawan Solo yang bermuara di wilayah Kecamatan Ujung Pangkah. Wilayah Kabupaten Gresik yang menjadi bagian Hilir dari Bengawan Solo adalah termasuk wilayah yang rawan banjir, termasuk didalamnya wilayah Kecamatan Dukun, Manyar, Bungah dan Sidayu adalah kawasan yang seringkali terkena dampak banjir Bengawan Solo.

Selain sebagai sarana jalur transportasi laut, Kali Srowo juga berfungsi sebagai aliran sungai yang mengalirkan air ke Bengawan Solo, serta sarana bagi petani tambak untuk mengairi dan membuang air tambak. Kali ini juga bisa menjadi solusi bagi masyarakat Sedayu ketika terjadi hujan lebat.

Kini, Kali Srowo mengalami pendangkalan setelah sekian lama tidak diremajakan. Terakhir adalah sekitar tahun 1995, dilakukan pengerukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gresik. Implikasinya, Pangkalan Srowo pun kini sangat sepi. Perahu-perahu petani tambak banyak menganggur dan rusak disekitar pangkalan. Saat ini, Kali Srowo pun mulai kehilangan fungsinya sebagai aliran air menuju Bengawan Solo akibat pendangkalan tersebut.

Pendangkalan Kali juga berdampak pada semakin panasnya udara tambak. Meski air kali mengandung zat garam sangat tinggi dan tidak digunakan untuk mengairi tanaman, namun setidaknya masih banyak tanaman yang seharusnya bisa hidup saat debet air Kali Srowo masih tinggi. Hamparan luas pertambakan pun akan terasa semakin rindang jika tumbuh-tumbuhan masih bertahan.

Selain kehilangan fungsi tersebut, Kali Srowo juga kehilangan fungsinya sebagai jalur transportasi laut. Masyarakat Sedayu tidak lagi dapat menggunakan perahu dayung atau perahu mesinnya seperti pada saat Kali Srowo berfungsi normal. Hal ini juga berakibat pada semakin tingginya biaya angkut saat musim panen tiba.

Perahu dayung atau perahu mesin yang biasanya mampu mengangkut hasil panen udang atau bandeng secara sekaligus, saat ini harus diangkut dengan menggunakan sepeda motor secara berulang-ulang. Biaya yang dikeluarkan pun otomatis semakin tinggi.

Lalu berapa keuntungan yang didapat para petani tambak? Ketika biaya operasional semakin tinggi, sementara harga jual udang atau bandeng relatif tetap? Ah, terawangan yang tak akan berimbas apapun untuk orang tuaku, saudara, tetangga, dan masyarakat Sedayu yang sampai saat ini masih tetap konsisten dengan profesi tani tambaknya.

Sebelum, mereka beralih profesi, harapanku semua ini akan segera berubah dengan sebuah atau beberapa kebijakan Pemda Gresik yang memang memihak kepentingan para petani tambak yang semakin terjepit. Dan akupun bisa merasakan kembali kenangan yang dulu pernah aku rasakan. Kenangan di saat aku dan sepupu-sepupuku masih kanak-kanak.

9 Comments

  1. kebijakan pemerintah sekarang memang lagi berpihak entah kemana.

  2. Assalamu’alaikum ……….

    Reang sing dadi bagiane warga Sidayu Ngeroso Prihatin …………….

    Tapi reang wong cilik gak isok lapo2.
    Reang isone Nulis Mugo-mugo diwoco kalian pejabat-pejabat seng duweni wewenang nangani masalah iku.

    IKU NGELENGNO WAE UMURE WONG IKU GAK SUWE………………
    SAMPEYAN LUNGGO NAK JABATAN SAK IKI, MESTI SESOK SAMPEYAN DI JALU’I PERTANGUNGJAWABAN……………

    ILINGGO SAMPEYAN ISO KOYOK NGONO IKU TEKO RAKYAT CILIK ……………..
    SAMPEYAN MENE KUWALAT YO PERKORO WONG CILIK…………..

    MULO PERHATEKNO NASIPE WONG CILIK……….. KOYOTO MASALAH PENDANGKALAN SUNGAI TERSEBUT……………….

    MATI IKU GAK NGOWO OPO-OPO SING DIGOWO MUNG AMALE WAE KAK.

  3. semoga pejabat pemkab membaca tulisan ini, biar ada kebijakan yang bener-bener berpihak pada rakyat kecil.

    Eh CJDW, ayo update bloge… 🙂

  4. Kali Srowo, Baru dengar nama Kali itu.
    Apa yang kalau ke muaranya lewat perempatan ujungpangkah itu ya, yang dekat muaranya ada alat berat milik Hess yang sempat nyungsep ke tambak itu yaa?

  5. assalamualaikum..wr..wb..
    Kenalan rek, aku arek pangkah (tonggo deso). Iyo yaopo kaline iku, ndang pemerintah e d waduli lah. Kali Pangkah wis siap nampung nek ono luapan udan iki, ga masalah wis. OK goodluck buat arek Sidayu!

  6. semoga kenangan inadah ini menjadi inspirasi buat Pak Bupati Gresik

    ilyas

  7. Ass Wr Wb. salam kenal yo cak, aku arek sedayu sing merantau nak jakarta kiro2 wes 17 taon, aku sangat prihatin dengan kota wilayah kebanggaanku tempat telahiranku, suka dukaku dimasa kecil, sak jekke aku meninggalkan sedayu dulu masih gemah ripah lohjinawi, keopoen semua masih rindang, tapi saat kmaren aku mole nang ndeso rupanbe sedayuku iku gak keramot, aloen2 yo wes gak karu-karuan gak ono sing iso disawang sejuk, perlu perhatian dari pejabatn setempat, gak wero saiki pejabate sopo, pengen ngejak mole konco2 jakarta tapi isin kampunge gak indah, mugo-mugo ada perhatian sing serius dari pemerintah setempat, taon 1992 aku merantau, semoga aku iso nyumbang pikiran kanggo kotaku,,,,, salam kenal (ainul arek mbuyungan utowo joko samudro).

  8. wahh Bungah
    aku 3 taon tinggal daerah yang penuh dengan pesantren ini
    🙂

  9. yak opo nek arek komunitas iki kumpul, terus ngadakno baksos? tak pikir nek ngomong thok yo dirungok wae, Srowo panas mergo hutan mangroove ilang. coba perikso nang tambak, opo jek ono tanduran api2? nggon ngendoke urang. ayo kerja nandur wet api2 bareng. aku wes nandur nang bantaran kali “Bajulan” eks bengawan solo jaman londo, mulai teko legowo sampai mengare. salam kanggo cak tain karo bu ulfiyah anak wak mus srowo


Comments RSS TrackBack Identifier URI

Leave a reply to ainul Cancel reply